Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula
sederhana) di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau
menggunakan insulin secara adekuat. Kadar gula darah bervariasi
sepanjang hari. Gula darah akan meningkat setelah makan dan kembali normal dalam
waktu 2 jam. Kadar gula darah yang normal cenderung meningkat secara ringan
tetapi progresif setelah usia 50 tahun, terutama pada orang-orang yang tidak
aktif.
Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah yang
tinggi. Ginjal akan membuang air lebih banyak untuk mengencerkan sejumlah besar
glukosa yang hilang. Karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang
berlebihan, maka penderita menjadi lebih sering berkemih dengan air kemih yang
lebih banyak (poliuri). Akibat poliuri penderita akan merasa haus yang
berlebihan sehingga akan lebih banyak minum (polidipsi). Sejumlah
besar kalori akan hilang di dalam air kemih, sehingga penderita akan mengalami
penurunan berat badan. Untuk mengkompensasi hal ini penderita seringkali akan
merasa sangat lapar sehingga menjadi lebih banyak makan (polifagi).
Gejala lain diabetes mellitus adalah pandangan kabur, pusing, mual dan
berkurangnya ketahanan selama melakukan olah raga. Penderita diabetes dengan
gula darah yang kurang terkontrol akan lebih peka terhadap infeksi. Dalam
jangka panjang, kadar gula darah yang tinggi bisa merusak pembuluh darah, saraf
dan struktur internal lainnya. Hal ini disebabkan oleh adanya pembentukan
suatu zat kompleks yang terdiri dari gula pada dinding pembuluh darah,
sehingga pembuluh darah menebal. Akibat penebalan ini maka aliran darah akan
berkurang, terutama yang menuju ke kulit dan saraf. Selain itu, kadar gula
darah yang tidak terkontrol juga cenderung menyebabkan kadar lemak dalam darah
meningkat, sehingga mempercepat terjadinya aterosklerosis (penimbunan plak
di dalam pembuluh darah). Aterosklerosis terjadi 2-6 kali lebih sering pada
penderita diabetes. Sirkulasi pembuluh darah besar dan kecil yang tidak baik
bisa melukai jantung, otak, tungkai, mata, ginjal, saraf dan kulit, serta
memperlambat penyembuhan luka.
Gangguan pada saraf dapat bermanifestasi dalam beberapa bentuk. Jika satu saraf
mengalami gangguan fungsi (mononeuropati), maka satu lengan atau
tungkai bisa secara tiba-tiba menjadi lemah. Jika saraf yang menuju ke lengan,
tangan, tungkai, dan kaki mengalami kerusakan (polineuropati diabetikum),
maka lengan dan tungkai bisa terasa kesemutan atau nyeri seperti terbakar dan
kelemahan.
Kerusakan pada saraf menyebabkan kulit lebih sering mengalami cedera karena
penderita tidak dapat merasakan adanya perubahan tekanan maupun
suhu. Berkurangnya aliran darah ke kulit juga bisa menyebabkan
timbulnya ulkus (borok) dan lambatnya penyembuhan
luka. Ulkus pada kaki bisa sangat dalam, mengalami infeksi, dan sukar
sembuh sehingga sebagian kaki terkadang harus diamputasi.
Diabetes Melitus (DM)
Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula sederhana) di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara adekuat. Kadar gula darah bervariasi sepanjang hari. Gula darah akan meningkat setelah makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar gula darah yang normal cenderung meningkat secara ringan tetapi progresif setelah usia 50 tahun, terutama pada orang-orang yang tidak aktif.
Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah yang tinggi. Ginjal akan membuang air lebih banyak untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita menjadi lebih sering berkemih dengan air kemih yang lebih banyak (poliuri). Akibat poliuri penderita akan merasa haus yang berlebihan sehingga akan lebih banyak minum (polidipsi). Sejumlah besar kalori akan hilang di dalam air kemih, sehingga penderita akan mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasi hal ini penderita seringkali akan merasa sangat lapar sehingga menjadi lebih banyak makan (polifagi).
Gejala lain diabetes mellitus adalah pandangan kabur, pusing, mual dan berkurangnya ketahanan selama melakukan olah raga. Penderita diabetes dengan gula darah yang kurang terkontrol akan lebih peka terhadap infeksi. Dalam jangka panjang, kadar gula darah yang tinggi bisa merusak pembuluh darah, saraf dan struktur internal lainnya. Hal ini disebabkan oleh adanya pembentukan suatu zat kompleks yang terdiri dari gula pada dinding pembuluh darah, sehingga pembuluh darah menebal. Akibat penebalan ini maka aliran darah akan berkurang, terutama yang menuju ke kulit dan saraf. Selain itu, kadar gula darah yang tidak terkontrol juga cenderung menyebabkan kadar lemak dalam darah meningkat, sehingga mempercepat terjadinya aterosklerosis (penimbunan plak di dalam pembuluh darah). Aterosklerosis terjadi 2-6 kali lebih sering pada penderita diabetes. Sirkulasi pembuluh darah besar dan kecil yang tidak baik bisa melukai jantung, otak, tungkai, mata, ginjal, saraf dan kulit, serta memperlambat penyembuhan luka.
Gangguan pada saraf dapat bermanifestasi dalam beberapa bentuk. Jika satu saraf mengalami gangguan fungsi (mononeuropati), maka satu lengan atau tungkai bisa secara tiba-tiba menjadi lemah. Jika saraf yang menuju ke lengan, tangan, tungkai, dan kaki mengalami kerusakan (polineuropati diabetikum), maka lengan dan tungkai bisa terasa kesemutan atau nyeri seperti terbakar dan kelemahan.
Kerusakan pada saraf menyebabkan kulit lebih sering mengalami cedera karena penderita tidak dapat merasakan adanya perubahan tekanan maupun suhu. Berkurangnya aliran darah ke kulit juga bisa menyebabkan timbulnya ulkus (borok) dan lambatnya penyembuhan luka. Ulkus pada kaki bisa sangat dalam, mengalami infeksi, dan sukar sembuh sehingga sebagian kaki terkadang harus diamputasi.
0 komentar:
Posting Komentar